Oleh Adelina Lumban Gaol, A.P
Observer di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Baru-baru ini, cuaca buruk yang melanda Nusa Tenggara Timur menyebabkan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Fery Cabang Kupang harus menutup operasi pelayaran kapal di kawasan itu. Rencana batas waktu penutupan rute pelayaran tersebut hingga kini belum dapat dipastikan. Cuaca buruk yang terjadi diakibatkan oleh tingginya gelombang laut dikarenakan angin kencang yang melanda kawasan tersebut. Pihak PT. ASDP sendiri masih menunggu koordinasi dan informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kupang.
BMKG sendiri telah mengeluarkan peringatan dini kepada wilayah di sekitar perairan Selatan Jawa Timur dan Nusa Tenggara untuk hujan lebat yg disertai kilat dan petir serta angin kencang berdurasi singkat. Potensi gelombang tinggi mencapai 2.0 meter atau lebih juga akan terjadi di sekitar Perairan Selatan Jawa Timur hingga Nusa Tenggara.
Penyebab Tingginya Intensitas Hujan
Wilayah NTT saat ini memang sedang memasuki musim penghujan, yang diperkirakan berlangsung pada kisaran bulan Desember hingga Maret 2015 mendatang. Pada umumnya, curah hujan tertinggi dicapai pada bulan Februari. Akan tetapi memasuki awal tahun 2015 ini, cuaca buruk yang menimpa Nusa Tenggara Timur berpotensi pada tingginya intensitas curah hujan di kawasan tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya siklus monsun Asia-Australia. Arus angin yang mengandung banyak uap air dari Asia dan Samudera Pasifik dapat mempengaruhi terjadinya musim penghujan. Prakiraan BMKG menyebutkan bahwa Monsun Australia (angin dari Timur) di selatan ekuator relatif masih kuat. Apabila terdapat pusaran angin lemah di wilayah perairan selat NTT, maka angin akan bergerak dari daerah tekanan tinggi menuju daerah tekanan rendah sehingga berpengaruh terhadap pembentukan awan hujan. Hal tersebut memberi potensi terjadinya cuaca buruk di NTT. BMKG memperkirakan bahwa kecepatan angin di wilayah perairan pelabuhan Kupang mencapai 20 - 40 km per jam dari arah Barat Daya – Barat Laut. Selain itu tinggi gelombang berkisar 1.5 – 2.5 meter. Citra Satelit MTSAT menunjukkan dalam tiga hari terakhir konsentrasi awan terdapat di sebagian besar wilayah Indonesia, yang meliputi Sumatera Selatan, Jawa, Bali, NTT, Perairan Selatan Kalimantan , Sulawesi Tengah, Maluku serta Papua. Konsentrasi awan tersebut dapat disebabkan oleh adanya belokan angin di sekitar laut Utara Bali, NTB dan NTT. Belokan angin tersebut menimbulkan terjadinya perlambatan massa udara yang yang berpotensi dalam pembentukan pertumbuhan konsentrasi awan. Hal ini menyebabkan berkumpulnya awan hujan di kawasan tersebut sehingga berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dan disertai angin kencang dan gelombang laut. Selain diakibatkan oleh siklus monsun Asia-Australia, Tingginya suhu muka air laut juga turut memberi andil dalam memberi dampak pertumbuhan intensitas curah hujan di kawasan Nusa Tenggara. Semakin tinggi suhu muka air laut, maka akan semakin banyak uap air yang akan diuapkan ke udara. Akibatnya, kandungan uap air yang cukup banyak pada awan menyebabkan awan tersebut mengalami peertumbuhan menjadi awan konvektif. Suhu maksimum dan minimum air laut di Pelabuhan Kupang berkisar antara 30-22 oC dengan anomali suhu muka air laut positif (+0.5 – 1.5 0C) terjadi di Samudera Hindia, selatan Jawa hingga Nusa Tenggara. Hal itu dapat menjadi salah satu indikasi adanya pengaruh El Nino pada wilayah tersebut, Fenomena ini mengakibatkan terjadinya konveksi di atmosfer di atasnya., sehingga curah hujan di wilayah tersebut akan meningkat. Akan tetapi, El Nino yang teramati masih cenderung tergolong lemah. Namun, tetap saja adanya indikasi-indikasi tersebut harus tetap menjadi patokan kita dalam melakukan langkah antisipatif terkait mengurangi dampak negatif dari cuaca buruk yang ditimbulkan.
Sikap Waspada
Terkait dengan cuaca buruk yang terjadi di NTT, pemerintah perlu menyikapi hal tersebut dengan melakukan langkah-langkah antisipatif dini kepada masyarakat. Memberikan peringatan dini cuaca buruk merupakan satu langkah yang tepat. Sebaliknya, masyarakat tidak mengabaikan peringatan tersebut serta dijadikan pedoman untuk memperkecil dampak bencana yang akan ditimbulkan. BMKG sendiri telah memberikan pelayanan informasi cuaca mulai dari peringatan dini, hingga peta-peta lokasi yang berpotensi terjadinya banjir yang dapat diakses secara langsung melalui website resmi BMKG. Informasi BMKG ini ada baiknya dimanfaatkan dalam membentuk langkah-langkah antisipatif dalam adaptasi dan mitigasi bencana.
Mari kita memasuki tahun 2015 ini dengan memahami dan melakukan mitigasi bencana di negeri ini, dalam rangka membangun kewaspadaan dan kesiapsiagaan untuk meminimalisir efek negatif dari pengaruh cuaca buruk.***
0 komentar:
Posting Komentar