Satu kata yang benar-benar aku
renungkan di umurku yang sudah ke-20 tahun ini. Ketegasan. Sebuah kata yang akhir-akhir
ini sangat mengusikku, kata yang timbul akibat berbagai masalah batin yang
kuhadapi. Bukan sakali dua kali prilaku yang tercermin dalam diri kita
masing-masing, terutama diriku, membiarkan diri kita untuk mengizinkan orang
lain maupun sebuah masalah ‘mengeksploitasi’ kita. Maksudnya apa? Berbasis pada
pengalaman pribadi, ‘waktu saat ketika’ kita membiarkan orang lain untuk
memanjakan dirinya pada kita dengan pilihan hati kita sendiri berdalih bahwa, ‘ah,
dia teman dekatku, biarlah dia melakukan sesukanya,’ atau, ‘ah, gak papa,
sekali-kali kok dia meminta tolong.’ Masih bingung dengan ilustrasi di atas?
Yah, baiklah kali ini aku hanya memberikan sedikit masalah kecil dalam hidupku
(berhubung karena ada yang memintaku menulis lagi J). Aku adalah salah seorang ‘manusia’
yang terkadang sangat sulit untuk berkata TIDAK pada orang lain. Terkadang perkataan,
tindakanku yang terlalu mengiyakan semua ajakan teman, semua permintaan teman,
membuatku muak dalam hati. Kenyataannya, terkadang aku merasa sangat berat
untuk melakukan permintaan itu, tetapi aku selalu tetap mencoba mengatakan iya,
dan yang ada, lama-kelamaan seseorang/beberapa orang tersebut terlalu nyaman
dengan tindakanku dan menyalahgunakan kebaikanku. Hal yang sangat membebaniku.
Terlintas di hati, terkadang, ‘Ayolah, Del. Kamu tolak sekali-kali gak masalah
kok.’ Akan tetapi akan muncul perkataan lain, ‘Nanti dia bakalan marah lo
samamu, lagian cuma minta gitu doang kok, gak masalah toh.’ Akhirnya, aku cukup
sadar mengapa aku seakan terlalu ‘bodoh’ untuk mengiyakan ajakan teman sekalipun
itu lebih banyak merugikanku.:
1. Kecenderungan
ketidakmampuan dalam menentukan sikap
2. Kurangnya
KETEGASAN
3. Takut
dianggap ‘jahat’ oleh orang lain (alasan yang satu ini sungguh tidak masuk
akal, tapi memang benar adanya)
Dan, dengan segala beban, aku benar-benar
mencoba menyadarkan diri. Ada apa dengan diriku yang terlalu sering mengalah
unuk orang lain? KETEGASAN. Yah, sebuah prinsip utama yang benar-benar harus
dijunjung pada umurku yang bukan lagi remaja SMA yang masih labil. “Adel, kamu
harus belajar menentukan sikapmu, tegas pada dirimu dan kepada orang lain.
Jangan biarkan orang lain semena-mena terhadapmu karena kebaikanmu yang ‘terlalu
teledor’. Itu cikal bakal menjadi seorang pemimpin.” Sebuah nasihat dari seorang
panutanku mengatakan demikian. Menjadi seorang yang tegas harus berani untuk
tidak disukai oleh orang-orang tertentu. Menjadi seorang yang tegas harus
berani untuk tidak bergantung kepada orang lain, alias mandiri. Mengapa? Saat
kita tegas, dalam sebuah contoh kasus di mana kita berani mengatakan tidak
untuk sebuah ajakan intens yang membebani kita, di saat itu pula seseorang mulai
tidak menyukai kita atas tindakan kita. Di sisi lain, apabila kita terlalu
bergantung terhadap orang tersebut, maka akan ada rasa kekhawatiran dalam diri
kita muncul, ‘nanti dia gak bakal nemenin aku lagi karna sikap penolakanku tadi.’
Jauhkan perasaan seperti itu. Ingat, teman kamu bukan dia saja kok, ada banyak
orang lain yang bisa membuatmu berpikir dan berkegiatan positif ketimbang kamu
harus bela-belain menerima ajakannya sedang dirimu sering merutuk dalam hati.
Seperti sebuah game berbasis kanyataan yang harus kita dalami, dengan berbagai
pilihan tapi hanya satu pilihan yang benar dan berisiko, ‘YA, aku harus
melakukan ini untuk kebaikanku dan kebaikannya.’ Dengan kita tidak membiarkan
orang lain untuk menyalahartikan kebaikan kita, disitu pula kita belajar
menjadi seseorang pemimpin kecil untuk diri kita unruk tidak membiarakan diri
kita mengalah hanya demi kesenangan seorang lain yang menimbulkan perasaan sakit
di batin kita masing-masing pribadi. Itulah makna ketegasan yang benar-benar
perlu didalami untuk orang-orang sepertiku.
Satu dari sedikit banyak coretan
aneh yang tertulis di blog ini. Semoga hal ini dapat menjadi sebuah pegangan
yang bukan saja aku sharingkan, melainkan juga aku laksanakan begitupun dengan
saudara sekalian.
‘Welcome in the 20th
zone, Del.