Jumat, Maret 21, 2014

Yohanes 14:1-3 ''Rumah Bapa"


1 Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah,   percayalah juga kepada-Ku. 2 Di rumah Bapa-Ku  banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. 3 Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali  dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.

MAKNA
1 Janganlah gelisah hatimu’

1) Kristus menginginkan murid-muridNya untuk tetap berani, pada waktu mereka berpikir bahwa segala sesuatu ada dalam kekacauan yang terbesar.
Banyak orang berpikir telah memiliki iman. Tapi, seringkali mereka mengatur dirinya sendiri dan tak membiarkan Tuhan melakukannya. Dengan kata lain, Tuhan hanyalah ilusi proyeksi (gambaran dalam pikirannya yang diproyeksikan). Jikalau pimpinan Tuhan menyusahkan hidupnya maka ia meninggalkanNya dan mencari ‘allah’ lain. Dengan demikian, ‘allah’ menjadi tempat pelarian untuk mencari apa yang cocok dengan keinginannya. Hanya the true faith (iman sejati) yang mampu membuat manusia hidup secara riil dalam moment.
Dari ayat ini bukanlah: ‘janganlah mulai menjadi gelisah’, tetapi ‘berhentilah gelisah’, atau ‘janganlah gelisah terus’. Nubuat bahwa Petrus akan menyangkal Yesus sebanyak 3 kali, menunjukkan akan adanya pencobaan yang hebat, dan ini membuat mereka gelisah. Disamping itu Yesus juga menubuatkan bahwa Ia akan meninggalkan mereka, dan ke tempat Ia pergi mereka tidak bisa menyusulNya (Yoh 13:31-33). Bagi para murid, yang telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus (Mat 4:20,22  Mat 19:27), berita itu tentu membuat mereka gelisah. Dan Yesus tahu bahwa dalam beberapa jam lagi kegelisahan itu bahkan akan makin bertambah. Karena itu Ia mengucapkan kata-kata ini.
2) Ini menunjukkan bahwa dalam penderitaan, dimana kita tidak bisa melihat apapun selain kegelapan, kita tetap tidak boleh gelisah, tetapi harus tetap percaya.
 ‘2percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu’
1)  Kita harus percaya kepada Allah dan kepada Kristus
Kedua kata ‘percayalah’ dalam ayat ini, dalam bahasa Yunaninya bisa diterjemahkan sebagai indicative / pernyataan (‘Kamu percaya kepada Allah / Aku’) atau imperative / perintah (‘Percayalah kepada Allah / Aku’). Para murid itu tentu sudah percaya kepada Allah, dan sekarang Yesus menyuruh mereka juga percaya kepadaNya.
Tetapi dalam Mark 11:22 murid-murid juga diperintahkan oleh Yesus untuk percaya kepada Allah (yang ini pasti adalah perintah). Jadi kalau dalam Yoh 14:1b ini bagian pertama juga diterjemahkan sebagai  perintah, itu bisa dipertanggungjawabkan. Tidak ada orang bisa beriman kepada salah satu saja.
Begitulah hubungan antara Allah dan Kristus sehingga iman kepada yang satu melibatkan / menyebabkan iman kepada keduanya. Apakah iman mulai dari sisi manusia atau ilahi, iman itu akan mendapati dirinya mencakup Bapa dan Anak, atau tidak kedua-duanya. Demikianlah, ketika Kristus muncul dalam dunia kita, mereka yang mempunyai iman yang sejati kepada Allah dengan rela / mudah percaya kepadaNya, dan mereka yang tidak mempunyai iman yang sejati menolakNya. Iman kepada Anak yang telah berinkarnasi dan yang kelihatan merupakan ujian iman kepada Bapa yang tak kelihatan dan kekal.
2) Ini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah
Kitab Suci melarang kita untuk percaya kepada manusia, tetapi menyuruh kita percaya hanya kepada Allah (bdk. Yes 31:1  Yer 17:5-8). Bahwa di sini Yesus menyuruh murid-muridNya percaya kepadaNya, menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.
3)  Percaya adalah kewajiban utama kita
Di sana ada Allah, tetapi tidak bagi kita kecuali oleh iman. Di sana ada Juruselamat, tetapi tidak bagi kita kecuali oleh iman. Tanpa kasih kita bukan apa-apa, dan adalah sama benarnya bahwa tanpa iman kita bukan apa-apa - bukan apa-apa bagi Allah dan Kristus; dan dalam persoalan penyelamatan Mereka bukan apa-apa bagi kita, tetapi oleh iman Mereka adalah milik kita. Karena itu, kewajiban utama kita adalah percaya.
‘Di rumah Bapa-Ku  banyak tempat tinggal’
Penjelasan ini yang Dia berikan dimaksudkan untuk menolong mereka supaya mereka dapat lebih percaya kepada-Nya. Dia pergi untuk menyediakan tempat bagi mereka, dan Dia akan kembali untuk menjemput mereka. Janji ini, bahwa mereka akan memperoleh suatu tempat tinggal bersama dengan Allah, dapat menenangkan hati mereka.
Dalam ayat ini sorga disebut rumah Bapa Tuhan Yesus. Di rumah itu ada banyak tempat tinggal, atau kamar. Pokok yang Dia tekankan adalah banyaknya ruangan-ruangan itu, cukup untuk setiap mereka, cukup untuk setiap kita.
Rumah Bapa jelas menunjuk pada surga dan Yesus mengatakan bahwa di surga ada banyak tempat tingga’.
a)   Ini tidak menunjukkan pada perbedaan tingkat kemuliaan, tetapi pada cukupnya tempat di surga bagi semua orang percaya.
b) Ini menunjukkan bahwa surga dan neraka adalah suatu tempat / lokasi, bukan sekedar suatu kondisi. Surga adalah suatu tempat tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya yang telah dimuliakan
Dalam ayat 2-3 versi Kitab Suci Indonesia, kata tempat muncul 5 kali, dan ini menunjukkan bahwa surga betul-betul merupakan suatu tempat (dan konsekuensinya, demikian juga dengan neraka). Mengatakan bahwa surga dan neraka bukanlah suatu lokasi tetapi hanya suatu kondisi menunjukkan suatu kebodohan dan sikap tidak peduli pada Kitab Suci.
c) Ini menunjuk pada suatu tempat tinggal yang tetap

Yang dipikirkan adalah hidup yang menetap dan bukannya hidup yang mengembara. Yesus tahu sepenuhnya kehidupan mengembara yang bagaimana yang akan dijalani oleh para muridNya, pergi ke negara yang asing dan jauh. Mereka akan pergi ke tempat dimana Ia sendiri tidak pernah pergi. Makin mereka memahami pekerjaan kemana mereka dipanggil, makin mereka akan merasa bahwa mereka harus pergi dari satu tempat ke tempat lain, memberitakan Injil sementara mereka masih hidup. Bagi orang-orang yang terus bergerak seperti itu, janji tentang tempat istirahat yang sejati adalah janji yang mereka butuhkan. Frasa ini dengan jelas menunjuk ke sorga karena ke sanalah Yesus harus "pergi" untuk menyediakan tempat bagi kita (Mat 6:9; bd. Mazm 33:13-14Yes 63:15). Allah mempunyai tempat tinggal yang ada banyak ruangan di mana nantinya akan tinggal "keluarga Allah" yang ada di dunia sekarang (Ef 2:19) "di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap" (Ibr 13:14).

Sepasti Kristus terangkat ke sorga, demikian juga Dia akan kembali dari kehadiran Allah untuk menjemput pengikut-Nya agar tinggal bersama dengan Dia di sorga
Bacaan Yoh 17:24 ke tempat yang telah disediakan untuk mereka. Inilah pengharapan orang Kristen zaman PB dan semua orang percaya dewasa ini. Tujuan utama dari kedatangan kembali Tuhan Yesus ialah agar orang percaya dapat bersama-sama dengan-Nya untuk selama-lamanya

‘Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu’

Dia menantang iman mereka, dan iman kita juga. Dia berkata, Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Dia jujur dan terbuka dengan mereka dan dengan kita. Bagaimanakah kita menanggapi keterbukaan-Nya? Harap dengan iman, bukan dengan kegelisahan.
Dia pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagi mereka. Ada dua tafsiran bagi kalimat ini:

1) bahwa di situ Dia bekerja dan mendirikan sesuatu bagi mereka, dan  
2) bahwa kepergian-Nya sendiri (yaitu kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya) menyediakan tempat bagi mereka. Tafsiran yang ke dua lebih sesuai dengan beban nas ini. Dalam ajaran ini Dia menyiapkan mereka untuk menghadapi kematian-Nya. Mereka harus mengerti bahwa kematian-Nya bukan sia-sia. Kematian-Nya membawa hasil yang amat besar bagi mereka.

Kalau dikatakan ‘pergi ke situ’ maka ini hanya bisa menunjuk ‘pergi ke surga’, tetapi kalau dikatakan ‘pergi’ maka ini bisa mencakup lebih banyak arti.
Dalam kata ‘pergi’ dalam ayat ini tercakup hal-hal sebagai berikut, yaitu mati disalib untuk dosa-dosa kita, bangkit dari antara orang mati, naik ke surga, duduk di kanan Allah, dan menjadi Pengantara / Pembela / Jurusyafaat kita di surga.
Tempat ini disiapkan sejak dulu, mereka yang akan diselamatkan, sudah sejak dulu ditentukan untuk hidup. Kerajaan itu disiapkan untuk mereka sebelum dunia dijadikan yaitu, dalam rencana Allah yang kekal. Yesus pergi, demi murid-muridNya (dan juga demi kita yang percaya kepadaNya).
Salah satu penyebab kegelisahan para murid adalah perpisahan yang akan terjadi antara mereka dengan Yesus. Karena itu Yesus lalu mengucapkan ayat ini, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa perpisahan itu hanya bersifat sementara, tetapi lebih dari itu bahwa perpisahan itu terjadi untuk kebaikan mereka.
Hal yang penting bukanlah surga. Hal yang penting adalah bersama dengan Dia Sekalipun sekarang kita menderita, tetapi nanti kita akan bersama dengan Yesus di surga.
Ia sendiri adalah jalan kepada Bapa. Dalam faktanya Ia adalah satu-satunya jalan dengan mana orang laki-laki dan perempuan bisa datang kepada Bapa; tidak ada jalan yang lain.
‘Aku akan datang kembali’
Ayat ini tidak menunjuk pada turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, tetapi menunjuk pada kedatangan Kristus yang kedua kalinya ini tidak menunjuk pada Pentakosta, pertobatan, hari penghakiman, tetapi menunjuk pada kematian setiap murid .
Begitu ajaibnya kasih Kristus untuk milikNya sehingga Ia tidak puas dengan gagasan tentang sekadar membawa mereka ke surga. Ia harus membawa mereka ke dalam pelukanNya sendiri.
Perjalanan iman Kristen tak berhenti pada momen tertentu yang statis melainkan justru satu moment secara dinamis menuntun ke momen  berikut dan seterusnya dimana semua itu mengarah pada the final momen atau tujuan terakhir seluruh kehidupan. Westminster Shorter Catechism mengatakan bahwa tugas, pelayanan dan hidup orang Kristen barulah mendapat makna tertinggi ketika ia memuliakan dan menikmati anugerah Allah seumur hidup. Kata ‘menikmati’ langsung ditangkap oleh o­rang dunia dengan semangat sekuler hingga menjadi kedagingan yang merusak. Kenikmatan seperti itu takkan pernah memuaskan. Puncak kenikmatan sejati ialah diperbolehkannya orang Kristen tinggal bersama dengan Kristus. Orang tak berpengharapan malah menikmati dunia berdosa sehingga masa depannya makin gelap. Ketika orang lain memperingatkan dan mencoba membimbing di jalan kebenaran Firman, ia tetap tak mau mendengarnya. Kalau Tuhan tak beranugerah maka ia pasti binasa.
 Hari Natal dalam bahasa Latin disebut juga Advent, yang artinya ‘Kedatangan Tuhan’. Dengan demikian kita mengenal dua Advent: Advent I adalah kedatangan Tuhan Yesus kedunia ini, 2000 tahun yang lalu di padang Efrata. Advent II adalah kedatangan Tuhan Yesus ke dunia untuk di mahkotai sebagai Raja diatas segala raja.
Antara Advent yang pertama dan kedua ada perbedaan yang besar:  Pada kedatangan Tuhan Yesus yang pertama, Ia datang dengan cara tersembunyi. Hanya para gembala di Efrata yang di beritahu oleh malaikat- malaikat tentang pristiwa itu. Tetapi pada kedatanganNya kedua kalinya, semua orang- orang Kudus pasti tahu dan bahkan setiap mata orang- orang di dunia ini pasti melihat pristiwa itu
‘membawa kamu ke tempatKu supaya di tempat dimana Aku berada, kamupun berada’
Hal yang penting bukanlah surga. Hal yang penting adalah ber-sama dengan Dia‘Akan masuk surga bersama Yesus’ adalah penghiburan bagi kita pada saat kita menderita.
Ay 2-3 ini harus direnungkan kalau kita ada dalam penderitaan / kesusahan, problem. Sekalipun sekarang kita menderita, tetapi nanti kita akan bersama dengan Yesus di surga
 Inilah the final point (titik terakhir) dari seluruh perjalanan pelayanan Kristus. Istilah ‘menyediakan tempat’ hanyalah figurasi dan bukan berarti kavling karena tubuh kemuliaan tak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu melainkan beyond (melampaui) space and time. Adapula yang berpikir bahwa di Sorga, semuanya terbuat dari emas murni. Orang semacam ini hanya memikirkan keinginannya di dunia lalu diproyeksikan ke Surga.
Tuhan Yesuspun merasa gentar ketika harus mengalami kematian sejati. Saat itu, Allah Bapa meninggalkanNya. Maka Ia berteriak dari salib, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” (Mat 27:46). Ketika menggumulkannya, semua penafsir mengatakan bahwa inilah penderitaan yang tak seorang pun mampu mengerti artinya “Allah dipisahkan dari Allah.” Ketika manusia hidup terpisah dari Allah, itulah kecelakaan terbesar.
Hidup Kristen adalah accomplishing (menggenapkan) proses menuju ke final point. Setiap orang berada dalam satu segmen waktu, mulai dari titik alfa yaitu kelahiran hingga titik omega yaitu kematian. Setiap orang juga tak berhak menentukan apapun pada diri orang lain karena Tuhan telah memberikan hak untuk memilih antara taat dan melawan lalu orang itu harus mempertanggungjawabkan pilihannya dan menanggung resikonya. Semakin tua seseorang, makin pendek waktunya. Maka Pemazmur mengatakan, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mzm 90:12).
Amin.

0 komentar:

Posting Komentar