1 Janganlah
gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah
juga kepada-Ku. 2 Di
rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian,
tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan
tempat bagimu. 3 Dan
apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan
datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat
di mana Aku berada, kamupun berada.
MAKNA
‘1 Janganlah gelisah hatimu’
1) Kristus menginginkan murid-muridNya untuk tetap berani, pada waktu mereka
berpikir bahwa segala sesuatu ada dalam kekacauan yang terbesar.
Banyak orang berpikir telah memiliki iman.
Tapi, seringkali mereka mengatur dirinya sendiri dan tak membiarkan Tuhan
melakukannya. Dengan kata lain, Tuhan hanyalah ilusi proyeksi (gambaran dalam
pikirannya yang diproyeksikan). Jikalau pimpinan Tuhan menyusahkan hidupnya
maka ia meninggalkanNya dan mencari ‘allah’ lain. Dengan demikian, ‘allah’
menjadi tempat pelarian untuk mencari apa yang cocok dengan keinginannya.
Hanya the true faith (iman
sejati) yang mampu membuat manusia hidup secara riil dalam moment.
Dari ayat ini
bukanlah: ‘janganlah mulai menjadi gelisah’, tetapi
‘berhentilah gelisah’, atau ‘janganlah gelisah terus’. Nubuat bahwa Petrus akan
menyangkal Yesus sebanyak 3 kali, menunjukkan akan adanya pencobaan yang hebat,
dan ini membuat mereka gelisah. Disamping itu Yesus juga menubuatkan bahwa Ia
akan meninggalkan mereka, dan ke tempat Ia pergi mereka tidak bisa menyusulNya
(Yoh 13:31-33). Bagi para murid, yang telah meninggalkan segala sesuatu
dan mengikut Yesus (Mat 4:20,22 Mat 19:27), berita itu tentu membuat
mereka gelisah. Dan Yesus tahu bahwa dalam beberapa jam lagi kegelisahan itu
bahkan akan makin bertambah. Karena itu Ia mengucapkan kata-kata ini.
2) Ini
menunjukkan bahwa dalam penderitaan, dimana kita tidak bisa melihat apapun
selain kegelapan, kita tetap tidak boleh gelisah, tetapi harus tetap percaya.
‘2percayalah
kepada Allah, percayalah juga kepadaKu’
1) Kita harus percaya kepada Allah dan kepada
Kristus
Kedua kata
‘percayalah’ dalam ayat ini, dalam bahasa Yunaninya bisa diterjemahkan
sebagai indicative /
pernyataan (‘Kamu percaya kepada Allah / Aku’) atau imperative / perintah
(‘Percayalah kepada Allah / Aku’). Para murid itu tentu sudah percaya
kepada Allah, dan sekarang Yesus menyuruh mereka juga percaya
kepadaNya.
Tetapi
dalam Mark 11:22 murid-murid juga diperintahkan oleh Yesus untuk percaya
kepada Allah (yang ini pasti adalah perintah). Jadi kalau dalam Yoh 14:1b
ini bagian pertama juga diterjemahkan sebagai perintah, itu bisa
dipertanggungjawabkan. Tidak ada orang bisa beriman kepada salah satu
saja.
Begitulah hubungan antara Allah dan Kristus sehingga iman kepada yang
satu melibatkan / menyebabkan iman kepada keduanya. Apakah iman mulai dari sisi
manusia atau ilahi, iman itu akan mendapati dirinya mencakup Bapa dan Anak,
atau tidak kedua-duanya. Demikianlah, ketika Kristus muncul dalam dunia kita,
mereka yang mempunyai iman yang sejati kepada Allah dengan rela / mudah percaya
kepadaNya, dan mereka yang tidak mempunyai iman yang sejati menolakNya. Iman
kepada Anak yang telah berinkarnasi dan yang kelihatan merupakan ujian iman
kepada Bapa yang tak kelihatan dan kekal.
2) Ini membuktikan
bahwa Yesus adalah Allah
Kitab Suci
melarang kita untuk percaya kepada manusia, tetapi menyuruh kita percaya hanya
kepada Allah (bdk. Yes 31:1 Yer 17:5-8). Bahwa di sini Yesus menyuruh
murid-muridNya percaya kepadaNya, menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.
3) Percaya adalah kewajiban utama kita
Di sana ada
Allah, tetapi tidak bagi kita kecuali oleh iman. Di sana ada Juruselamat,
tetapi tidak bagi kita kecuali oleh iman. Tanpa kasih kita bukan apa-apa, dan
adalah sama benarnya bahwa tanpa iman kita bukan apa-apa - bukan apa-apa bagi
Allah dan Kristus; dan dalam persoalan penyelamatan Mereka bukan apa-apa bagi
kita, tetapi oleh iman Mereka adalah milik kita. Karena itu, kewajiban utama
kita adalah percaya.
‘Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal’
Penjelasan
ini yang Dia berikan dimaksudkan untuk menolong mereka supaya mereka dapat
lebih percaya kepada-Nya. Dia pergi untuk menyediakan tempat bagi mereka, dan Dia
akan kembali untuk menjemput mereka. Janji ini, bahwa mereka akan memperoleh
suatu tempat
tinggal bersama dengan Allah, dapat menenangkan hati mereka.
Dalam
ayat ini sorga disebut rumah Bapa Tuhan Yesus. Di rumah itu ada banyak tempat tinggal, atau kamar.
Pokok yang Dia tekankan adalah banyaknya ruangan-ruangan itu, cukup untuk
setiap mereka, cukup untuk setiap kita.
Rumah Bapa jelas
menunjuk pada surga dan Yesus mengatakan bahwa di surga ada banyak tempat tingga’.
a) Ini
tidak menunjukkan pada perbedaan tingkat kemuliaan, tetapi pada cukupnya tempat
di surga bagi semua orang percaya.
b) Ini menunjukkan
bahwa surga dan neraka adalah suatu tempat / lokasi, bukan sekedar suatu
kondisi. Surga adalah suatu tempat tertentu. Yesus ada di sana dalam tubuhNya
yang telah dimuliakan
Dalam ayat 2-3 versi
Kitab Suci Indonesia, kata tempat muncul 5 kali, dan ini menunjukkan bahwa
surga betul-betul merupakan suatu tempat (dan konsekuensinya, demikian juga
dengan neraka). Mengatakan bahwa surga dan neraka bukanlah suatu lokasi tetapi
hanya suatu kondisi menunjukkan suatu kebodohan dan sikap tidak peduli pada
Kitab Suci.
c) Ini menunjuk pada suatu
tempat tinggal yang tetap
Yang dipikirkan adalah
hidup yang menetap dan bukannya hidup yang mengembara. Yesus tahu sepenuhnya
kehidupan mengembara yang bagaimana yang akan dijalani oleh para muridNya,
pergi ke negara yang asing dan jauh. Mereka akan pergi ke tempat dimana Ia
sendiri tidak pernah pergi. Makin mereka memahami pekerjaan kemana mereka
dipanggil, makin mereka akan merasa bahwa mereka harus pergi dari satu tempat
ke tempat lain, memberitakan Injil sementara mereka masih hidup. Bagi
orang-orang yang terus bergerak seperti itu, janji tentang tempat istirahat
yang sejati adalah janji yang mereka butuhkan. Frasa ini dengan jelas menunjuk ke sorga karena
ke sanalah Yesus harus "pergi" untuk menyediakan tempat bagi kita (Mat 6:9; bd. Mazm 33:13-14; Yes 63:15). Allah mempunyai tempat tinggal yang ada banyak
ruangan di mana nantinya akan tinggal "keluarga Allah" yang ada di
dunia sekarang (Ef 2:19) "di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal
yang tetap" (Ibr 13:14).
Sepasti Kristus terangkat ke sorga, demikian
juga Dia akan kembali dari kehadiran Allah untuk menjemput pengikut-Nya agar
tinggal bersama dengan Dia di sorga
Bacaan Yoh 17:24 ke tempat yang telah disediakan untuk mereka. Inilah
pengharapan orang Kristen zaman PB dan semua orang percaya dewasa ini. Tujuan
utama dari kedatangan kembali Tuhan Yesus ialah agar orang percaya dapat
bersama-sama dengan-Nya untuk selama-lamanya
‘Sebab Aku
pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu’
Dia
menantang iman mereka, dan iman kita juga. Dia berkata, Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya
kepadamu. Dia jujur dan terbuka dengan mereka dan dengan kita.
Bagaimanakah kita menanggapi keterbukaan-Nya? Harap dengan iman, bukan dengan
kegelisahan.
Dia pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagi
mereka. Ada dua tafsiran bagi kalimat ini:
1) bahwa di situ Dia bekerja dan mendirikan
sesuatu bagi mereka, dan
2) bahwa kepergian-Nya sendiri (yaitu
kematian-Nya, kebangkitan-Nya, dan kenaikan-Nya) menyediakan tempat bagi
mereka. Tafsiran yang ke dua lebih sesuai dengan beban nas ini. Dalam ajaran
ini Dia menyiapkan mereka untuk menghadapi kematian-Nya. Mereka harus mengerti
bahwa kematian-Nya bukan sia-sia. Kematian-Nya membawa hasil yang amat besar
bagi mereka.
Kalau dikatakan ‘pergi ke situ’ maka ini
hanya bisa menunjuk ‘pergi ke surga’, tetapi kalau dikatakan ‘pergi’ maka ini
bisa mencakup lebih banyak arti.
Dalam kata ‘pergi’ dalam ayat ini tercakup
hal-hal sebagai berikut, yaitu mati disalib untuk dosa-dosa kita, bangkit dari
antara orang mati, naik ke surga, duduk di kanan Allah, dan menjadi Pengantara
/ Pembela / Jurusyafaat kita di surga.
Tempat ini
disiapkan sejak dulu, mereka yang akan diselamatkan, sudah sejak dulu
ditentukan untuk hidup. Kerajaan itu disiapkan untuk mereka sebelum dunia
dijadikan yaitu, dalam rencana Allah yang kekal.
Yesus pergi, demi murid-muridNya (dan juga demi kita yang percaya kepadaNya).
Salah satu penyebab kegelisahan para murid
adalah perpisahan yang akan terjadi antara mereka dengan Yesus. Karena itu
Yesus lalu mengucapkan ayat ini, bukan hanya untuk menunjukkan bahwa perpisahan
itu hanya bersifat sementara, tetapi lebih dari itu bahwa perpisahan itu
terjadi untuk kebaikan mereka.
Hal yang penting
bukanlah surga. Hal yang penting adalah bersama dengan Dia Sekalipun sekarang kita menderita, tetapi nanti kita
akan bersama dengan Yesus di surga.
Ia sendiri adalah jalan kepada Bapa. Dalam
faktanya Ia adalah satu-satunya jalan dengan mana orang laki-laki dan perempuan
bisa datang kepada Bapa; tidak ada jalan yang lain.
‘Aku
akan datang kembali’
Ayat ini tidak menunjuk pada turunnya Roh
Kudus pada hari Pentakosta, tetapi menunjuk pada kedatangan Kristus yang kedua kalinya
ini tidak menunjuk pada Pentakosta, pertobatan, hari penghakiman, tetapi
menunjuk pada kematian setiap murid .
Begitu ajaibnya kasih Kristus untuk milikNya
sehingga Ia tidak puas dengan gagasan tentang sekadar membawa mereka ke surga. Ia
harus membawa mereka ke dalam pelukanNya sendiri.
Perjalanan
iman Kristen tak berhenti pada momen
tertentu yang statis melainkan justru satu moment secara dinamis menuntun ke momen berikut dan seterusnya
dimana semua itu mengarah pada the
final momen atau tujuan terakhir seluruh kehidupan. Westminster Shorter Catechism mengatakan
bahwa tugas, pelayanan dan hidup orang Kristen barulah mendapat makna tertinggi
ketika ia memuliakan dan menikmati anugerah Allah seumur hidup. Kata
‘menikmati’ langsung ditangkap oleh orang dunia dengan semangat sekuler hingga
menjadi kedagingan yang merusak. Kenikmatan seperti itu takkan pernah
memuaskan. Puncak kenikmatan sejati ialah diperbolehkannya orang Kristen
tinggal bersama dengan Kristus. Orang tak berpengharapan malah menikmati dunia
berdosa sehingga masa depannya makin gelap. Ketika orang lain memperingatkan
dan mencoba membimbing di jalan kebenaran Firman, ia tetap tak mau
mendengarnya. Kalau Tuhan tak beranugerah maka ia pasti binasa.
Hari Natal dalam bahasa Latin disebut juga
Advent, yang artinya ‘Kedatangan Tuhan’. Dengan demikian kita mengenal dua
Advent: Advent I adalah kedatangan Tuhan Yesus kedunia ini, 2000 tahun yang
lalu di padang Efrata. Advent II adalah kedatangan Tuhan Yesus ke dunia untuk
di mahkotai sebagai Raja diatas segala raja.
Antara
Advent yang pertama dan kedua ada perbedaan yang besar: Pada kedatangan
Tuhan Yesus yang pertama, Ia datang dengan cara tersembunyi. Hanya para gembala
di Efrata yang di beritahu oleh malaikat- malaikat tentang pristiwa itu. Tetapi
pada kedatanganNya kedua kalinya, semua orang- orang Kudus pasti tahu dan
bahkan setiap mata orang- orang di dunia ini pasti melihat pristiwa itu
‘membawa
kamu ke tempatKu supaya di tempat dimana Aku berada, kamupun berada’
Hal yang penting bukanlah surga. Hal yang penting adalah ber-sama dengan
Dia‘Akan masuk surga bersama
Yesus’ adalah penghiburan bagi kita pada saat kita menderita.
Ay 2-3
ini harus direnungkan kalau kita ada dalam penderitaan / kesusahan, problem.
Sekalipun sekarang kita menderita, tetapi nanti kita akan bersama dengan Yesus
di surga
Inilah the final point (titik terakhir) dari seluruh perjalanan
pelayanan Kristus. Istilah ‘menyediakan tempat’ hanyalah figurasi dan bukan
berarti kavling karena tubuh kemuliaan tak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu
melainkan beyond (melampaui) space and time. Adapula yang berpikir
bahwa di Sorga, semuanya terbuat dari emas murni. Orang semacam ini hanya
memikirkan keinginannya di dunia lalu diproyeksikan ke Surga.
Tuhan Yesuspun merasa gentar ketika harus
mengalami kematian sejati. Saat itu, Allah Bapa meninggalkanNya. Maka Ia
berteriak dari salib, “Eli, Eli,
lama sabakhtani?” (Mat 27:46). Ketika menggumulkannya, semua
penafsir mengatakan bahwa inilah penderitaan yang tak seorang pun mampu
mengerti artinya “Allah dipisahkan dari Allah.” Ketika manusia hidup terpisah
dari Allah, itulah kecelakaan terbesar.
Hidup Kristen adalah accomplishing (menggenapkan)
proses menuju ke final point.
Setiap orang berada dalam satu segmen waktu, mulai dari titik alfa yaitu
kelahiran hingga titik omega yaitu kematian. Setiap orang juga tak berhak
menentukan apapun pada diri orang lain karena Tuhan telah memberikan hak untuk
memilih antara taat dan melawan lalu orang itu harus mempertanggungjawabkan pilihannya
dan menanggung resikonya. Semakin tua seseorang, makin pendek waktunya. Maka
Pemazmur mengatakan, “Ajarlah
kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang
bijaksana” (Mzm 90:12).
Amin.
0 komentar:
Posting Komentar