Dataran Berastagi letaknya 30 km dari gunung Sinabung yang merupakan gunung api di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Saat musim liburan tiba, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi Berastagi bersama dengan keluargaku. Terakhir kali aku ke sana, udara bersih dan segar masih dapat kurasakan. Tapi berbeda untuk wisata kali ini. Ketika aku menginjakkan kaki ke tanah Berastagi, aku merasakan adanya partikel halus menerpa wajahku.
Benar saja, itu merupakan sisa debu-debu vulkanik halus gunung Sinabung. Saat aku berada di puncak Berastagi, tepatnya di tempat wisata Gundaling, aku dapat melihat bagaimana abu gunung Sinabung meliputi atap rumah penduduk, tumbuhan yang tertutupi abu gunung tersebut, dan semua yang terlihat dari atas hampir tampak berwarna keabu-abuan. Tak jauh dari sana, dapat terlihat gunung Sinabung dengan sisa-sisa abu laharnya di kaki gunung. Sinabung sendiri merupakan tipe gunung stratovolcano. Ketinggian gunung ini adalah 2.460 meter. Tipikal Gunung Sinabung mirip dengan Gunung Merapi. Tapi dari analisis, letusan Sinabung tidak sedahsyat Merapi. Sinabung sudah 1.200 tahun tidak erupsi. Lalu kemudian erupsi pada Agustus 2010 dan erupsi lagi pada Juni dan September 2013 hingga akhir Februari. Ada tidaknya dikonfirmasi oleh historic eruptions sebelum kembali erupsi pada Agustus 2010, tetapi mungkin saja tetap memiliki aktivitas di sekitar tahun 1600 dan 1881. Itu jelas bahwa Gunung Sinabung telah sering meletus di bagian lereng yang memproduksi aliran lava. Gunung Sinabung memiliki empat kawah puncak tumpang tindih, di mana fumarol telah aktif, terutama pada tahun 1912, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan aktivitas fumarol yang terdapat kemudian. Kawah termuda dari gunung andesit dacitic ini terletak di ujung selatan dari empat tumpang tindih puncak kawah. Gunung Sinabung, menutup tahun 2013 pada 31 Desember 2013 dengan 33 kali erupsi.
Sempat aku menonton berita,
di mana saat itu gunung Sinabung memakan korban 15 orang dan 2 orang lainnya
luka-luka pada hari Minggu, 2 Februari 2014 di Desa Suka Meriah, Kecamatan
Payung. Sejak sekitar 08.30 WIB, Sinabung sudah kali kedua melontarkan awan
panas. Awan berbahaya tersebut, bergerak hingga 2,5 kilometer ke arah selatan.
Erupsi yang terjadi setinggi 2 km dan awan panasnya menjangkau sejauh 4,5
kilometer ke arah tenggara-selatan. Sungguh Sinabung memberi dampak kerugian
yang cukup besar bagi masyarakat Kabupaten Karo, mulai dari gagal panen,
perumahan dan permukiman yang rusak parah, infrastrukur, bahkan merenggut nyawa
masyarakat sekitar, meskipun hal tersebut sendiri juga terjadi karena sikap
korban yang tidak menuruti larangan yang telah dibuat. Bagi Berastagi sendiri,
hal tersebut menimbulkan berkurangnya para wisatawan yang sering mengunjungi
daerah tersebut. Begitu pula dengan udara yang kurang baik menimbulkan
peradangan pada pernapasan beberapa orang yang tinggal di sana.
Berita terakhir yang ku
dengar, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menurut
data terakhir pada hari Minggu (23/2/2014) menyatakan, kondisi terkini di
Gunung Sinabung masih mengeluarkan asap putih tebal. Asap putih tebal mencapai
tinggi 100-300 meter. Guguran lava pijar sejauh 300-2000 meter ke
Selatan-Tenggara. Seismisitas 47 kali
gempa guguran dan tremor terus menerus dengan amplitudo maximum 32 milimeter .
Direkomendasi menurut PVMBG (Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi) agar
tidak ada aktivitas masyarakat dalam radius 5 km dari puncak Gunung Sinabung
menurut PVMBG (Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi).
Untuk saat ini telah
dilakukan tahapan untuk memperbolehkan para pengungsi. Pengungsi yang berasal
dari desa dengan radius lebih dari lima kilometer dari puncak Sinabung sudah
diperbolehkan pulang. Semoga bencana
erupsi gunung Sinabung telah berakhir. Harapan kita semua adalah supaya semua
warga dapat kembali beraktivitas seperti biasa di daerah tersebut. Terimakasih.
Adelina Lumban Gaol (11.13.0029)
0 komentar:
Posting Komentar